Definisi ilmu komunikasi dan urgensi nya dalam kehidupan manusia

Definisi ilmu komunikasi dan urgensi nya dalam kehidupan manusia


BAB I
PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG MASALAH

            Kebutuhan manusia akan komunikasi  atau berinteraksi dengan orang lain sama besarnya dengan kebutuhan fisik lainnya, seperti makan dan minum. Melalui komunikasi itulah hal-hal yang di butuhkan manusia bisa terpenuhi. Seorang bayi yang baru lahirpun ia harus menangis guna memberitahukan kebutuhannya terhadap orangtuannya. Komunikasi sudah memiliki syarat-syarat sebagai suatu ilmu pengetahuan. Hal itu dapat dibuktikan dengan syarat yang pertama sebagai suatu ilmu pengetahuan, yaitu harus memiliki objek kajian.

B.           RUMUSAN MASALAH
            Pembahasan dalam makalah ini dibatasi dalam beberapa pembahasan, diantaranya:
v  Apa Definisi Komunikasi Secara Umum.
v  Definisi ilmu komunikasi dan urgensi nya dalam kehidupan manusia
v  Mengapa Komunikasi Perlu Bagi Manusia.
v  Komunjkasi sebagai ilmu pengetahuan

C.          TUJUAN MAKALAH

Makalah ini disusun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah “profesi keguruan”,  juga untuk menambah wawasan kita mengenai ilmu komunikasi juga untuk menambah wawasan kita mengenai pengetahuan ilmu komunikasi.

.
BAB II
PEMBAHASAN
(Definisi ilmu komunikasi dan urgensi nya dalam kehidupan manusia)

1.      Pengertian Komunikasi secara Umum
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris "communication"), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna 'berbagi' atau 'menjadi milik bersama' yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.[1] Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu: Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Komponen komunikasi meliputi lima unsur:
Ø  Komunikator (siapa yang mengatakan?)
Ø  Pesan (mengatakan apa?)
Ø  Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
Ø  Komunikan (kepada siapa?)
Ø  Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
Sedangkan pengertian ilmu komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat vital. Manusia dikodratkan sebagai mahluk sosial, dimana seorang individu tidak dapat hiduphanya tergantung pada dirinya sendiri melainkan harus hidup saling melengkapiantara satu dengan yang lain. Hal ini, tidak hanya dibahas pada bidang ilmu pengetahuan. Namun, ajaran agama pun mengajarkan tentang hal yang sama,yaitu manusia harus saling mengasihi antara sesamanya. Sebagai manusia kita perlu berkomunikasi untuk membina suatu hubungan antar sesama manusia. Media massa merupakan saluran komunikasi yang tepat untuk menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan.

A.    Definisi ilmu komunikasi dan urgensi nya dalam kehidupan manusia
            Berbagai sumber menyebutkan bahwa kata komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communis, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.[2] Akar kata communis adalah communico, yang berarti berbagi. Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris, communicate, berarti:
-     Untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan informasi.
-     Untuk menjadikan paham
-     Untuk membuat sama dan
-     Untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik.
Sedangkan, dalam kata benda (noun), communication, berarti:
   -     Pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi
   -    Proses pertukaran diantara individu-individu melalui sistem simbol-        simbol yang sama.
-   Seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan, dan
-   Ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi.

            Secara umum komunikasi dapat didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia dan upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi, agar diketahui atau dipahami oleh orang lain.[3] Atau suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.  Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.  Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
            Adapun definisi ilmu komunikasi menurut pakar menurut Hovland ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas–asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.[4] Sedangkan Harold Laswell menjelaskan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan–pertanyaan sebagai berikut : “who says what in which channel to whom with what effect”. Pendapat lain dari Stoner dan Wankel tentang pengertian komunikasi yaitu komunikasi merupakan proses dimana orang–orang berusaha untuk memberikan pengertian melalui penyampaian pesan–pesan berupa lambang.
v  Perlunya Komunikasi Bagi Manusia
            Mengapa orang perlu berkomunikasi? Karena dengan berkomunikasi manusia telah membentuk interaksi sosial  dan mengembangkan kepribadiannya. Syaria't Islam yang sempurna telah menegaskan bahwa manusia yang diciptakan Allah dengan serangkaian potensi, salah satunya berbicara. Bahkan dalam Al Qur'an disebutkan komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. " (Tuhan) Yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Qur'an. Dia menciptakan munusia, mengjarkannya pandai berbicara" QS Ar Rahman: 1-4
Kebutuhan manusia akan komunikasi  atau berinteraksi dengan orang lain sama besarnya dengan kebutuhan fisik lainnya, seperti makan dan minum. Melalui komunikasi itulah hal-hal yang di butuhkan manusia bisa terpenuhi. Seorang bayi yang baru lahirpun ia harus menangis guna memberitahukan kebutuhannya terhadap orangtuannya.
B.     Komunikasi sebagai ilmu pengetahuan
                Komunikasi merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu yang kritis. Popularitas komunikasi merupakan suatu berkah. Teori-teori resistant untuk berubah bahkan dalam berhadapan dengan temuan-temuan yang kontradiktif. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu social, sebuah seni liberal dan sebuah profesi.          
Komunikasi sudah memiliki syarat-syarat sebagai suatu ilmu pengetahuan. Hal itu dapat dibuktikan dengan syarat yang pertama sebagai suatu ilmu pengetahuan, yaitu harus memiliki objek kajian. Ilmu komunikasi memiliki objek materia yaitu tindakan manusia dalam konteks sosial, sedangkan objek forma adalah komunikasi itu sendiri, yakni penyampaian usaha penyampaian pesan antar manusia. Berdasarkan objek materia, ilmu komunikasi hanya mengkaji penyampaian pesan antar manusia. Penyampaian pesan kepada yang bukan manusia yang berada di luar objek kajiannya. Ilmu komunikasi mengejar objektivitas, persesuaian antara tahu dengan objeknya, sebagai syarat ilmu yang pertama. Syarat ilmu yang lain menyatakan bahwa ia harus bersistem, bahwa objeknya itu tersusun dalam satu rangkaian sebab akibat yang tersusun dalam satu rangkaian sebab akibat yang tersusun secara sistematis. Ilmu komunikasi melalui filsafat mencoba mencari sebab yang sedalam-dalamnya menyangkut penyampaian pesan antar manusia.
            Syarat universal dibuktikan dengan di manapun manusia berada ilmu komunikasi tetap merupakan ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antar manusia, dan pengertian ilmu komunikasi tidak akan berubah walaupun muncul definisi-definisi dari para ahli yang lain tentang komunikasi, tetapi tetap inti dari definisi tersebut adalah penyampaian pesan antar manusia. Syarat verifikasi dibuktikan ilmu komunikasi dimanapun kita berada, kapanpun kita berada komunikasi merupakan proses penyampaian pesan antara komunikator dan komunikan dan manusia dapat membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari karena ilmu komunikasi.
v  Studi komunikasi awal
            Sebenarnya sangat sulit untuk mendeteksi kapan dan bagaimana pertama kali dipandang sebagai faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, komunikasi diekspresikan dan berperan dalam kehidupan manusia yaitu pada abad 5 SM dalam tulisan klasik bangsa Mesir dan Babilonia dan essay dari Hommer yang berjudul Iliad pada abad 3000 SM. Pada tahun 2675 SM melalui ‘The Precepts” adalah berisi panduan komunikasi efektif.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMIPULAN
 Secara umum komunikasi dapat didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia dan upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi, agar diketahui atau dipahami oleh orang lain. Atau suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu yang kritis.

B.     KRITIK DAN SARAN
            Makalah ini disajikan dengan segudang kekurangan, oleh karenanya Saya berharap pengamatan yang teliti dari pembaca terhadap sistematika pembahasan, gaya bahasa dan kesesuaian tema dan isi dari makalah ini, sehingga menghasilkan saran dan keritik yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.




[1] http:// wordpress ilmu komunikasi. /19/03/2012/. Com
[2] http:// wordpress ilmu komunikasi. /19/03/2012/. com
[3] Onong uchjana effendi, Ilmu komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosda karya, 2009
[4] http:// wordpress ilmu komunikasi. /19/03/2012/. com

Ontologi, Epistemologi, Aksologi filsafat pendidikan

Ontologi, Epistemologi, Aksologi filsafat pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN
( Ontologi, Epistemologi, Aksologi filsafat pendidikan )

A.    ONTOLOGI
            Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada, menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebat- akibat.   Yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada cusa prima  dalam suatu hubungan menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan.[1] Atau suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam semesata ini, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya. Ontology merupakan salah satu di antara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula pikiran Barat sudah menunjukan munculnya perenungan dibidang ontology. Yang tertua di segenap filusuf barat yang kita kenal adalah orang yunani yang bijak dan arif yang bernama thales.[2] Pemikiran ontologis akhirnya akan menentukan sesuatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu adalah satu Zat  (monoisme) ataukah kekuatan pencipta Dua Zat ( Dualisme) atau banyak Zat (Pruralisme). Dan apakah roh, bilamana kekuatan itu besifat kebendaan, paham ini di sebut materialism dan bila bersifat roh, paham ini disebut spiritualisme (serba roh).[3]
           
Memang fiisafat itu meliputi berbagai macam permasalahan. Adapun masalah yang utama yaitu masalah tentang kenyataan, realitas, yang nyata dari sesuatu. Yang menjadi titik persoalan ialah kita harus memcahkan permasalahan realitas secara tepat, karena konsepsi  kita tentang realitas, mengontrol pertanyaaan tentang dunia kita ini. Oleh karena itu perhatian kita yang penuh dan dan tertinggi dalam teori pendidikan yang mengandung permasalahan filisofis utama adalah ontologi, yaitu studi realitas yang tertinggi.[4]
Pengetahuan melalui metode ilmiah bagaimanakah kita dapat mengetahui tentang apakah yang dinamakan alam itu. Sekurang-kurangnya seorang penganut naturalisme akan mengatakan bahwa yang dinamakan alam secara sederhana ialah “ apa yang oleh ilmu pengetahuan empiris diterangkan sebagai demikian keadaannya Alam tersebut dihadapkan kepada kita, dalam perjalanan pengalaman kita sehari-hari, dan kita mempelajarinya dengan metode-metode ilmiah biasa. Yaitu yang dinamakan kenyataan ialah apa yang di sajikan kepada kita oleh ilmu-ilmu alam. Lebih tepat bila kita berfikir bahwa alam merupakan istilah genus yang dapat diterapkan kepada segala hal.[5] Ontologi dapat mendekati masalah hakekat kenyataan dari dua sudut pandang. Orang yang dapat mempertanyakan, “kenyataan itu tunggal atau jamak?” yang demikian ini merupakan pendekatan kuantitatif. Atau orang dapat juga mengajukan pertanyaan, “Dalam babak terakhir, apakah yang merupakan kenyataan itu?” yang demikian ini merupakan pendekatan secara kualitatif.

B.     EPISTEMOLOGI
Epistemolgi berasal dari bahasa yunani “episteme” dan “logos”. “Episteme” aartinya pengetahuan (knowledge), “logos” artinya teori. Dengan demikian epistemology secara epistemologis berarti teori pengetahuan. Istilah-istilah lain yang yang setara dengan epistemology adalah :
a.    Kriteriologi
b.   Kritik pengetahuan
c.    Gnosiologi
d.   Logika material

            Objek material epistemology adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Persoalan-persoalan penting yang di kaji dalam epistemology berkisar pada masalah: asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara  pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan degan kebenaran dan bentuk-bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baaru mengenai dunia.[6]
            Dalam epistemoogi dengan pengamatan dan pengalaman dapat di peroleh pengetahuan indrawi, hal-hal yang bersifat metafisis dapat diketahui dengan akal intuisi. Seperti yang telah di jelaskan oleh Ibnu Thufail, bahwa ma’rifat itu dimulai dari panca indra dan dapat di peroleh dengan latiha-latihan rohani dengan penuh kessungguhan. [7]

            Masalah berikut yang di bahas oleh epistemolgi ialah apa yang menjadi tumpuan pengetahuan. Secara garis basar, ada dua sumber pengetahuan, yaitu pengalaman (empirisme) dan pemikiran (ratio). Yang pertama di kemukakan oleh empirisme dan yang kedua oleh rasionaslisme. Ada aliran yang memadukan kedua sumber itu sebagai tumpuan pengetahuan, yaitu kritisisme. Lain lagi Fenomenologi, aliran ini menentang kedua sumber dan menyatakan hakikat tumpuan pengetahuan.
             Jika dihubungkan dengan teori idea  plato yang menguraikan tentang idea, psike, dan empirie, maka sebagai tumpuan pengetahuan, empirisme menunjuk kepada empirie; rasonalisme mengarah kepada psike, kritisisme menyatukan empirie dan psike, sedangkan fenomenologi cenderung kepada idea. Jika dikaitkan dengan unsur pengetahuan  yang meliputi pengamatan, sasaran, dan kesadaran, maka sebagai tumpuan pengetahuan, empirsme mengisme menujuk pengamatan, rasionalisme mengarah kepada kesadaran, kritisisme memadukan pengamatan dan kessadaran, dan fenomenologi condong kepada sasaran (hakikat).[8]

1.   Pentingnya epistemologi
            Masalah epistemologis bersangkutan dengan pertanyaaan-pertanyaan   tentang pengetahuan. Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan bagaimana dan dengan sarana apakah  kita dapat memperoleh pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui. Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu  pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemology. Masalah epistemology mempunyai banyak segi penyelesaian masalah epistemologi tergantung apa yang di ajar kan olehseorang ahli psikologi kepada kita.[9]

2.   Sasaran epistemologi pendidikan
Epistemologi adalah bidang filsafat nilai yang secara khusus mempersoalkan pengetahuan tentang nilai ‘kebenaran’ dan otomatis juga mempersoalkan tentang bagaimana  ‘cara’ mendapatkannya. Jika diterapkan pada pendidikan berarti yang menjadi persoalan pokoknya adalah pengetahuan yang benar yentang pendidikan atau kebenaran pendidikan, dan sekaligus bagaimana ‘cara’ penyelenggaraannya secara benar.
 Pemahaman aspek epistemologi pendidikan berfungsi sebgai landasan dasar pengembangan potensi intelektual sehingga pada waktunya dapat membuah kematngan inteelegensia. Kematangan intelegensia ini berposisi sentral dan karenanya juga bernilai guna didalam dan bagi kelangsungan hidup sehari-hari. Epistemologi ilmu pengetahuan mempersoalkan tentang objek, metode, dan system untuk memperoleh nilai kebenaran. Oleh sebab itu pembahasan epistemologi pendidikan meliputi objek pendidikan, metode dan system penyelenggaraan pendidikan, serta pengetahuan tentang kenaran pendidikan itu sendiri.  [10]


C.    AKSIOLOGI
           Istilah axiology berasal dari kata axios dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Axiology artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai. Dalam pemikiran filsafat Yunani, studi mengenai nilai ini mengedepan dalam pemikiran plato mengenei ide tentang kebaikan. Atau yang lebih dikenal dengan summum bomum (Kebaikan tertiggi).[11]
           Aksiologi adalah  studi tentang nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang dinamakan oleh setiap insa. Nilai yang dimaksud adalah:
a.    Nilai jasmani : nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat dan nilai guna.
b.   Nilai rohani : nilai yang terdiri atas nilai intelek,nilai estetika, nilai etika, dan nilai religi.
           Nilai-nilai diatas tersusun dalam suatu system yang berurutan, yaitu dari nilai hidup – nilai nikmat – nilai guna selanjutnya niai intelek – nilai estetika – nilai etika – nilai religi. Nilai hidup aalah  nilai dasar, yaitu sesuatu yang dikejar manusia bagi kelangsungan hidupnya. Sedangkan nilai religi adalah nilai utama, yaitu sesuatu yang didambakan oleh manusia untuk kemuliaan dirinya.[12]
1.      Filsafat nilai
            Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutan  ddengan masalah-maasalah nilai yang khusus, seperti ekonoomi, estetika, etika, filsafat agama dan epistemologi. Epistemologi bersangkutan dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan dengan masalah kebaikan (dalam arti kesusilaan), dan astetika bersangkutan dengan masalah keindahan. Di atas adalah contoh-contoh mengenai tanggapan penilaan semuanya bersifat pisitif.[13]

2.      Pendekatan-pendekatan dalam aksiologi
      Pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat dijawab dengan macam cara: orang dapat dapat mengatakan bahwa:
1.   Nilai sepenuhnya berhakekat subjektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai-nilai merupakan reaksi-reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pelaku yang keberadaannya tergantung pada pengalaman-pengalaman mereka. Yang demikian ini dapat dinamakan subjektivitas
2.   Nilai-nilai merupakan kenyataan-kenyataan di tinjaau dari segi ontology, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi-esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Pendirian ini dinamakan objektivisme logis.
3.   Nilai-nilai merupakan unsure-unsur objektif yang menyusun kenyataan . yang demikian disebut objektivisme metafisik.[14]

D.    FILSAFAT PENDIDIKAN
1.      Pengertian filsafat
            Filsafat berasal dari bahasa yunani: philosophia.dari kata philosophia ini kemudian banyak diperoleh pengertian-pengertian filsafat, baik dari segi pengertiannya secara harfiah atau etimologi maupun dari segi kandungannya. Menurut prof. Dr. Harun Nasution, filsafat berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari dua kata philein dalam arti cinta dan shopos dalam arti hikmat (wisdom).
            Dari pengertian secara etimologi itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
- pengetahuan tentang hikmah
- pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
- mencari kebenaran
- membahas dasar-dasar apa yang dibahas
            Dengan demikian ia berpendapat bahwa inti sari filsafat ialah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terkait pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar perrsoalannya. [15]

2.      Pengertian filsafat pendidikan
           Apabila ditanya, apakah filsafat pendidikan ? maka untuk menjawab pertanyaan ini, digunakan  2 (dua) pendekatan, yaitu:
1.      Menggunakan pendekatan tradisional.
2.      Menggunakan pendekatan yang bersifat kritis.

           Pada pendekatan pertama digunakan untuk memecahkan problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya, sedangkan pada pendekatan yang kedua, digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini.[16]

3.      Pendidikan dan Filsafat Pendidikan
           Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan pembuatan dari generasi tua untuk megalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi  muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnyadalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Pendidikan itu adalah suatu disiplin dari berbagai macam bagian komponen. Bagian-bagian ini menjadi demikian bermacam ragam dan bersepesialisasi, akan tetapi  , betapapun juga, tidak selau mengambil tempat yang sama besarnya didalam segala arah dan segi pada waktu yang sama.
            Dalam beberapa hal, filsafat pendidikan itu dapat disingkat dalam bentuk formula. Dan formula ini kemudian dijadikan semacaam semboyan atau selogan. Tetapi semboyan-semboyan itu sering pula disalah tafsirkan. Salah satu tugas kita mempelajari filsafat pendidikan adalah antara lain untuk menyelamatkan formula-formula dan pikiran-pikiran yang mengandung unsur-unsur pendidikan itu yang terungkap dan tercetus sebagai selogan dan semboyan. [17]
                                           BAB III
KESIMPULAN

1.Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada, menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebat- akibat.   Yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada cusa prima  dalam suatu hubungan menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan
2. Epistemolgi yaitu berasal dari bahasa yunani “episteme” dan “logos”. “Episteme” aartinya pengetahuan (knowledge), “logos” artinya teori. Dengan demikian epistemology secara epistemologis berarti teori pengetahuan.
3. Aksiologi adalah berasal dari kata axios dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Axiology artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai. Dalam pemikiran filsafat Yunani, studi mengenai nilai ini mengedepan dalam pemikiran plato mengenei ide tentang kebaikan.
4. Filsafat pendidikan mempunyai 2 (dua) pendekatan, yaitu:
1.      Menggunakan pendekatan tradisional.
2.      Menggunakan pendekatan yang bersifat kritis.
            Pada pendekatan pertama digunakan untuk memecahkan problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya, sedangkan pada pendekatan yang kedua, digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini.



[1]Suparlan suhartono, Filsafat pendidikan, Jakarta : Ar-ruzz media, 2009,
hlm. 97.
[2] Lois o. kattosof , Pengantar filsafat, Yogyakarta : Tiara wacana, 2004, hlm.185.
[3]. Muzayyin Arifin, Filsafat pendidikan islam, Jakarta : PT Bumi aksara, 2010, hlm.7.
[4] Prasetya, Filsafat pendidikan, Bandung : cv pustaka setia, 1997, hlm.85.
[5] Lois o. kattosof , Pengantar filsafat, Yogyakarta : Tiara wacana, 2004, hlm.114.
[6] Rizal mustansyir & Misnal munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta :Pustaka pelajar, 2010, hlm. 16-17.
[7] Sirajuddin zar, Filsafat Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2010,hlm.218.
[8] Prasetya, Filsafat pendidikan, , Bandung : cv pustaka setia, 1997, hlm. 118.
[9] Lois o. kattosof , Pengantar filsafat, Yogyakarta : Tiara wacana, 2004, hlm.131.
[10] Suparlan suhartono, Filsafat pendidikan, Jakarta : Ar-ruzz media, 2009,
hlm.117.
[11] Rizal mustansyir & Misnal munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta :Pustaka pelajar, 2010, hlm.26.
[12] Prasetya, Filsafat pendidikan, Bandung : cv pustaka setia, 1997, hlm.135.
[13] Lois o. kattosof , Pengantar filsafat, , Yogyakarta : Tiara wacana, 2004 hlm.319.
[14] Juhaya s. praja, Pengantar Filsafat Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2009, hlm. 323.
[15] Prasetya, Filsafat pendidikan, Bandung : cv pustaka setia, 1997, hlm.9-10.
[16] Hamdani ihsan  & A. Fuad ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Cv Pustaka setia, 2007, hlm.18.
[17] Abuddin nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005, hlm.15-18.

Makalah Filsafat Pendidikan, Ontologi epistemologi dan asiologi

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas berkat rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya seh...

Kategori

Kategori