BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal
yang sangat penting bagi setiap manusia dalam menghadapi setiap permasalahan
hidup yang cenderung hedonis atau materialis. Apalagi kini masyarakat di
Indonesia perhatianya terhadap materi semakin besar sedangkan perhatian mereka
terhadap agama semakin kecil. Hal ini tercermin dalam kehidupan mereka yang
cenderung materialistik dan hedonistik. Kini semakin banyak orang yang memilih
pendidikan non agama yang menjanjikan pekerjaan lebih mudah dari pada pendidikan agama.
Pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar
terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan
pesan-pesan konstitusi serta merupakan sarana dalam membangun watak
bangsa. Masyarakat yang cerdas akan
memberikan nuansa kehidupan cerdas pula, dan juga sebaliknya dan secara
progresif akan membentuk kemandirian pada masyarakat itu sendiri.
Jika dilihat dari aspek program dan praktik
penyelenggaraanya pendidikan Islam pada umumya dibagi menjadi empat bagian:
1.
Pendidikan pondok pesantren, yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara
tradisional.
2.
Pendidikan madrasah ialah pendidikan yang diselenggarakan di
lembaga-lembaga pendidikan model barat yang menggunakan metode-metode
pengajaran klasik dan berusaha menanamkan nilai-nilai Islami sebagai landasan
hidup dalam diri setiap peserta didik.
3.
Pendidikan umum yang bernafaskan Islam, yaitu pendidikan Islam yang
dilakukan melalui pengembangan sarana pendidikan yang bernafaskan Islam di
lembaga-lembaga yang menyelenggarakan program yang sifatnya umum.
4.
Pendidikan Islam yang diselengarakan di lembaga pendidikan umum sebagai
bagian dari mata pelajaran / mata kuliah[1].
Dari ulasan diatas menunjukkan bahwa pendidikan
merupakan tolak ukur dalam membangun masyarakat yang berperadaban tinggi. Suatu
bangsa akan maju, dinamis, harmonis dan berkualitas bilamana pendidikan yang
ada juga berkualitas.
Keberhasilan pendidikan bukan hanya dapat
diukur dari keunggulan ranah kognitif dan mengabaikan terhadap ranah afektif
dan pskimotor. Dalam konteks pendidikan di sekolah, kelemahan tersebut rupanya
bersifat menyeluruh, bukan hanya dialami oleh satu mata pelajaran tertentu,
tetapi dialami seluruh mata pelajaran. Berkaitan dengan kenyataan ini
mengilustrasikan bahwa ada sejumlah peserta didik yang suka hidup mewah dan
boros di sekolah, bukankah itu menunjukkan kegagalan dari guru matematika dan
ekonomi. Dan juga pada peserta didik yang kurang peduli terhadap lingkungan
hidup di sekitarnya, bukankah itu merupakan kegagalan dari guru IPA. Dan juga
ada peserta didik yang kurang sopan dalam berbicara dengan orang yang lebih
tua, bukankah itu merupakan kegagalan dari guru bahasa. Kegagalan dari semua
mata pelajaran secara tidak langsung merupakan kegagalan dari guru mata
pelajaran agama Islam juga.
Oleh sebab itu, proses pendidikan tidak hanya
diorientasikan pada pengembangan kognitif saja (transfer of knowledge), akan
tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik, sehingga peserta didik dapat
berkembang dengan utuh antara mengetahui, merasakan dan bertindak.
Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu
memberikan nuansa baru bagi pengembangan sistem pendidikan yang ada di
Indonesia, dan sekaligus dapat memberikan kontribusi dalam menjabarkan makna
pengembangan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sebagaimana tertuang dalam
Tujuan Pendidikan Nasional UU No.2 tahun 2003.
Tujuan pendidikan
nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab[2].
Tantangan dalam
pendidikan agama Islam merupakan bagian dari tantangan dunia pendidikan di
Indonesia pada umumnya, terutama dalam meningkatkan sumber daya manusia yaitu:
1. Era kompetitif yang disebabkan oleh
meningkatnya standar dunia kerja.
2. Kualitas pendidikan menurun, maka
kualitas sumber daya manusia menurun dan lemah pula, dalam hal keimanan dan
ketakwaan serta penguasaan iptek.
3. Kemajuan tekhnologi informasi
menyebabkan banjirnya infomasi yang tidak terakses dengan baik oleh para
pendidik dan pada gilirannya berpengaruh pada hasil pendidikan.
4. Di dunia pendidikan tertinggal dalam
hal metodologi, Kesenjangan antara kualitas pendidikan dengan kenyataan empiris
perkembangan masyarakat.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa
tantangan pendidikan agama Islam pada umumya, bukanlah permasalahan yang
berdiri sendiri, melainkan terkait baik secara langsung maupun tidak langsung,
dengan perkembangan iptek dan aspek kehidupan yang lain, baik ekonomi, politik,
social dan budaya.[3]
Pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah-sekolah
kita masih mengalami banyak problem atau kendala yang meliputi pendidik dimana
sebagian besar dari mereka belum memahami cara mendidik yang benar sehingga
sasaran dari pendidikan Islam yakni membentuk kesadaran kepada peserta didik
dalam mengamalkan syariat Islam dan berakhlakul karimah dalam kehidupan
sehari-hari kurang optimal atau belum sepenuhnya tercapai.
Problem dalam pelaksanaan pendidikan Islam juga
terdapat pada peserta didik dimana lingkungan tempat mereka berada sudah banyak
mengalami dekadensi moral yang disebabkan oleh lemahnya perekonomian, lemahnya
kesadaran diri akan nilai-nilai agama. Problem juga ada pada penyediaan sarana
dan prasarana pendidikan dimana hal ini sangat terkait dengan kemampuan
finansial sekolah yang kurang memadai.
Permasalahan di atas nampaknya menurut
pengamatan penulis, terjadi di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah yang merupakan
salah satu lembaga pendidikan Islam yang juga mempuyai tanggung jawab dalam
rangka mewujudkan cita-cita pendidikan, sudah tentu menghadapi beberapa
problema yang dapat menghambat pelaksanaan pendidikan, khususya pelaksanaan
pendidikan agama Islam.
Berdasarkan
fenomena di atas, maka Penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dan mengangkat permasalahan ini untuk dijadikan
judul skripsi
yaitu:“Problematika
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa
Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin”.
B.
Rumusan dan Batasan Masalah
1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a)
Apa saja problematika yang dihadapi dalam proses pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo
Tabir Kabupaten Merangin.
b)
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi Problematika Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo
Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
2.
Batasan Masalah
Agar lebih terfokus satu arah dan tidak terjadi ke
simpang siuran dalam penelitian ini, maka penulis memberi batasan masalah pada Problematika
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa
Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
C.
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
a)
Untuk mendiskripsikan apa saja problematika yang dihadapi dalam proses
pelaksanaan pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Unggulan Ibnu Husain.
b)
Untuk mendiskripsikan bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi
problema pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Unggulan Ibnu Husain.
2.
Kegunaan penelitian
a)
Untuk memberi bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam meningkatkan pendidikan agama islam di
maderasah aliayah swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir
Kabupaten Merangin.
b)
Untuk menambah wawasan penulis tentang Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Di Maderasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir
Kabupaten Merangin.
c)
Untuk
melengkapi salah satu syarat guna meraih Gelar Sarjana (Strata Satu) dalam Ilmu
Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah pada Sekolah
Tinggi Agama Islam Syekh Maulana Qori
Bangko.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:
1.
Secara
teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah kepustakaan
jurusan tarbiyah serta menjadi bahan masukan bagi mahasiswa jurusan tarbiyah untuk penelitian
yang terkait atau sebagai contoh untuk penelitian dimasa yang akan datang,
khususnya mengenai Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Penciptaan Suasana Kegiatan
Belajar Mengajar yang Kondusif di Madrsah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko
Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
2.
Manfaat Praktik, dengan penelitian ini akan memberikan
informasi mengenai pengaruh pengelolaan kelas dalam penciptaan suasana kegiatan
belajar mengajar yang kondusif kepada kepala sekolah, guru untuk berupaya
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
E. Sistematika Penulisan
Dalam Sistematika
Penulisan Skripsi ini terdiri dari :
BAB
I. Pendahuluan yang berisi latar
belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB
II Kerangka teori yang merupakan
diskripsi teori yang menguraikan teori-teori dengan topic penelitian. Dimana
teoti diambil dari berbagai literature yang berhubungan dengan judul
penelitian.
BAB
III Prosedur penelitian yang berisikan
tentang lingkup penelitian, jenis penelitian, sumber data, populasi dan sampel
penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data.
BAB
IV Laporan hasil penelitian berisikan
tentang gambaran umum lokasi objek penelitian dan penyajian data hasil
penelitian.[4]
BAB V Pembahasan hasil penelitian. Bab ini berisi
tentang gagasan penelitian, seerta penafsiran dan penjelasan dari temuan atau
teori yang diungkap dari lapangan.
BAB VI Penutup
yang memuat tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan dan dijadikan dasar
untuk memberikan saran bagi objek penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Problematika Dalam
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Dalam
pelaksanaan program pendidikan agama Islam di sekolah ditemui beberapa problem
sebagaimana yang akan diuraikan sebagai berikut:
1.
Problem Peserta Didik Dalam
Pendidikan Agama Islam
Pengertian
peserta didik adalah seorang anak yang belum mencapai kedewasaan, baik fisik
maupun psikologis yang memerlukan usaha serta bimbingan orang lain untuk menjadi
dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah, serta merupakan
bagian dari masyarakat dan warga negara. Peserta didik di jadikan sebagai pokok
persoalan dalam semua gerak kegiatan dan pengajaran. Pendidik tidak mempuyai
arti apa apa tanpa kehadiran peserta didik sebagai subyek pembinaan. Dalam
perspketif pedagogis, peserta didik adalah sejenis makhluk yang memerlukan
pendidikan.
Adapun problem-problem yang terdapat
pada anak didik antara lain:
a)
Problem kemampuan ekonomi
keluarga
b)
Problem intelegensia
c)
Problem bakat dan minat.
d)
Problem perkembangan dan
pertumbuhan
e)
Problem kepribadian.
f)
Problem sikap
g)
Problem sifat
h)
Problem kerajinan dan ketekunan
i)
Problem pergaulan
j)
Problem kesehatan[5].
Dalam
hal ini yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing peserta
didik adalah kebutuhan mereka diantaranya:
a)
Kebutuhan fisik
b)
Kebutuhan social
c)
Kebutuhan untuk mendapat status
d)
Kebuthan mandiri
e)
Kebtuhan untuk berprestasi
f)
Kebutuhan ingin di sayangi dan
di cintai.
g)
Kebuthan untuk curhat
h)
Kebutuhan untuk memiliki
filsapat hidup[6].
Kebutuhan
– kebutuhan peserta didik di atas harus di perhatikan oleh seorang pendidik
agar kebutuhan primer dan sekunder dapat terpenuhi sehingga peserta didik
tumbuh kembang mencapai kematangan secara fisik maupun psikisnya.
2.
Problem Pendidik Dalam
Pendidikan Agama Islam
Dalam
proses pendidikan khususnya pendidikan di sekolah atau madrasah, Pendidik
memegang peranan yang paling utama. Adapun gambaran tentang hakikat pendidik
adalah “orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta) maupun psikomotorik (karsa)”[7].
Pengajar (pendidik) mengemban tugas
utamanya adalah mendidik dan membimbing siswa–siswa untuk belajar serta mengembangkan
dirinya. Di dalam tugas seseorang guru di harapkan dapat membantu siswa dalam memberi
pengalaman–pengalaman lain untuk membentuk kehidupan sebagai individu yang
dapat hidup mandiri di tengah – tengah masyarakat modern[8].
“Untuk
melaksanakan profesinya, tenaga pendidik sangat memerlukan pengetahuan
psikologi yang memadai, dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman serta kemajuan
sains dan teknologi”[9].
Pendidik
dalam pendidikan agama Islam dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme
dalam mengemban tugasnya. Seseorang dikatakan professional, bilamana pada
dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen
terhadap mutu proses, hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni
selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui proses pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan zaman, serta dilandasi oleh kesadaran tinggi bahwa tugas
mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus di masa depan.
Untuk memahami
bahwa pendidik islam yang professional harus memiliki kompetensi-kompetensi yang lengkap meliputi:
1)
Menguasai bahan pelajaran
2)
Mengelola program belajar
mengajar
3)
Mengelola kelas
4)
Menggunakan media dan sumber
belajar
5)
Mengelola interaksi belajar
mengajar
6)
Melaksanakan penilaian hasil
belajar siswa
7)
Mengenal dan menyelenggarakan
adminitrasi sekolah
8)
Mengenal fungsi dan program
pelayanan bimbingan penyuluhan
9)
Menguasai landasan-landasan
kependidikan
10)
Memahami prinsip-prinsip dan
mnafsirkan hasil-hasil[10]
Berdasarkan
uraian di atas, maka pendidik dalam melakukan proses pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas harus menguasai serta menerapkan prinsip tentang
cara-cara untuk menyampaikan bahan pelajaran sehingga dapat dterima peserta
didik. Dengan kata lain, “pengajar diharapakan mengembangakan kapasitas
belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh”[11].
Hal
ini menunjukkan bahwa seseorang yang memilih profesi sebagai pendidik, berarti
ia harus sanggup memikul tanggung jawab yang besar. Pendidik merupakan harapan
masyarakat yang terdidik, membimbing, dan mengajar anak didiknya menjadi
manusia berguna bagi Agama dan Nusa dan Bangsa.
3.
Problem Kurikulum Dalam
Pendidikan Agama Islam
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis
dan tingkat pendidikan.
“Dalam Bahasa Arab kurikulum
diistilahkan manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia pada
berbagai kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikam (manhaj al-dirasah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat
perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan[12].
Definisi
tentang kurikulum juga telah dirumuskan oleh para pakar pendidikan, diantaranya
definisi yang di kemukakan oleh:
“M.Arifin memandang kurikulum sebagai
seluruh bahan pelajaran yang harus di sajikan dalam proses kependidikan dalam
suatu system institusional pendidikan. Nampaknya definisi ini masih terlalu
sederhana dan lebih terpaku pada materi pelajaran semata. Sementara, serta
Zakiah Daradjad menganggap kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan
dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu. Definisi kurikulum ini nampaknya lebih luas dari definisi
yang pertama, karena kurikulum tidak hanya mencakup pada materi pelajaran
semata namun juga mencakup seluruh program di dalam kegiatan pendidikan[13]”.
Dari
definisi kurikulum tersbut, maka dapat di pahami bahwa kurikulum tidak hanya
cukup dipahami sebagi sebuah doumen berharga yang dijadi kan oleh pihak yang
berkepentingan sebagai pedoman didalam penyelenggaraan pendidikan agama islam
tetapi direalisasikan dalam pelaksanaan pendidikan.
4.
Problem Manajemen Dalam
Pendidikan Agama Islam
Manajemen
berasal dari bahsa inggris “management”
yang berarti pengelolaan, ketata-laksanaan. Management berakar dari kata “to manage” yang berarti mengurus,
mengatur, melaksanakan, atau mengelola.
Manajemen
atau pengelolaan merupakan komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari
proses pendidikan secara keseluruhan. Alasanya tanpa manajemen tidak mungkin
tujuan pendidikan dapat direalisasikan secara optimal, efektif dan efesien.
Manajemen
pendidikan Islam mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang
sistematik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Dari
kerangka inilah tumbuh kesadaran untuk melakukan upaya perbaikan dan
peningkatan kualitas menajemen pendidikan, baik yang dilakukan pemerintah
maupun lembaga pendidikan.
Menurut E. Mulyasa manajemen
pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, proses pengendalian
kegiatan tersebut mencakup perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing),
penggerakakn (actualiting), dan
pengawasan (controlling). Sebagai
suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi[14].
Manajemen
pendidikan di Indonesia, pendidikan Islam belum mengalami transformasi posisi
yang berarti dan diberlakukan sacara sejajar oleh pemerintah dengan pendidikan
umum di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa dalam pengelolaan sistem pendidikan di Indonesia, “posisi pendidikan
Islam masih dalam posisi marginal.
Inilah
realitas yang dihadapi, sehingga menjadikan pendidikan Islam secara umum kurang
diminati dan kurang mendapat perhatian. Hal ini didukung dengan materi
kurikulum dan manajemen pendidikan yang kurang memadai, kurang relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Lulusannya kurang memiliki ketrampilan
untuk bersaing dalam dunia kerja. Melihat kenyatatan ini, maka reformasi
manajemen pendidikan Islam menjadi suatu keharusan. Sebab dengan
langkah-langkah berusaha pembenahan dan peningkatan profesionalisme
penyelenggaran pendidikan akan mampu menjawab berbagai tantangan dan dapat
memberdayakan pendidikan Islam di masa depan. Dalam hal ini pendidikan agama
Islam menerapkan manajemen berbasis sekolah artinya pengelolaan pendidikan
pendidikan mengarah kepada pengelolaan kepada pengelolaan manajemen berbasis
sekolah,
Penerapan
manajemen berbasis sekolah juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan minat
peserta didik, pendidik, serta kebutuhan masyarakat setempat.
Faktor
tersebut berkaitan dengan kewajiban sekolah yang menawarkan keluasan
pengelolaan masyarakat, kebijakan dan prioritas pemerintah sebagai penanggung
jawab pendidikan berhak merumuskan kebijakan yang menjadi prioritas nasional
terutama yang berkaitan dengan program peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan, peranan orang tua dan masyarakat perlu dihimpun dalam satu badan
sekolah yang dapat berpartisipasi dalam pembuatan keputusan sekolah, peranan
profesionalisme kepala sekolah, pendidik, administrasi dalam mengoperasikan
sekolah.
5.
Problem Sarana dan Prasarana
Dalam Pendidikan Agama Islam
Sarana
pendidikan agama Islam adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan khususya proses belajar mengajar
seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta peralatan dan media pengajaran
yang lain.
Adapun
yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalanya proses pendidikan atau pengajaran seperti kebun,
halaman, taman sekolah, jalan menuju sekolah, sarana pendidikan sebagai alat
fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang peserta didik untuk
belajar.
Sarana
pendidikan Agama Islam diharapkan dapat memberikan kontribusi secara optimal
dan berarti pada jalanya proses pendidikan. Dengan demikian apabila pendidikan
Islam memanfaatkan dan menggunakan sarana pendidikan, maka peserta didik akan
memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang diperoleh, dan juga
diharapkan akan memiliki moral yang baik.
Sarana
dan prasarana pendidikan agama Islam yang baik, diharapkan dapat menciptakan
sekolah yang bersih, rapi dan indah sehingga menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi pendidik maupun peserta didik yang berada di sekolah.
Yusuf Hadi Miarso dkk, menyatakan
bahwa alatsarana pendidikan mempuyai nilai-nilai praktis yang berupakemampuan
atau kelebihan anatara lain:
a.
Membuat konkrit konsep yang
abstrak.
b.
Membawa obyek yang sukar
diperoleh ke dalam lingkungan belajar peserta didik.
c.
Menampilkan obyek yang terlalu
besar.
d.
Menampilkan obyek yang tidak
dapat diamati dengan mata telanjang.
e.
Mengamati gerakan yang terlalu
cepat.
f.
Memungkinkan keseragaman
pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar peserta didik.
g.
membangkitkan motivasi belajar
peserta didik.
h.
Menyajikan informasi belajar
secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan[15].
6.
Problem lingkungan Dalam
Pendidikan Agama Islam
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang tampak yang terdapat dalam alam kehidupan yang
senantiasa berkembang. Kondisi lingkungan mempengaruhi proses belajar dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik (alam) dan lingkungan
sosial.
“Lingkungan
social dan keluarga perlu di ciptakan sedemikian rupa sehingga kondusif
terhadap program pendidikan agama disekolah”[16],
karena Lingkungan sosial dan keluarga mempuyai peran penting terhadap
berhasilnya tidaknya pendidikan agama karena perkembangan jiwa peserta didik
sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkunganya. Lingkungan akan dapat menimbulkan
pengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam sikap maupun
perasaan keagamaan, Problem lingkungan ini mencakup:
a)
Suasana keluarga yang tidak
harmonis akan mengkibatkan pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan
peserta didik.
b)
Lingkungan masyarakat yang
tidak/kurang agamis akan menggangu perjalanan proses belajar mengajar
disekolah.
c)
Kurangnya pemahaman orang tua
akan arti nilai-nilai agama Islam akan mempengaruhi terhadap pendidikan anak.
B. Upaya Mengatasi
Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.
Untuk
mengatasi problematika pelaksanaan Pendidikan Agama Islam disekolah dapat
diupayakan beberapa solusi yang diharapkan mampu meyelesaikan permasalahan yang
dihadapi sebagaimana yang akan diuraikan sebagai berikut:
a.
Upaya Mengatasi Problematika
Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama Islam.
Untuk
mengatasi berbagai problem pendidikan agama Islam, maka perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Solusi terhadap problem yang
terdapat pada peserta didik sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai
subjek yang melakukan kegiatan belajar baik siap dalam kondisi fisik atau
psikis (jasmani atau mental) individu yang memungkinkan dapat melakukan
belajar.
2.
Adanya motivasi terhadap
peserta didik baik timbulnya dari intrinsik yaitu motivasi yang datang dari
peserta didik atau motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari
lingkungan di luar diri peserta didik, “Dalam motivasi ekstrinsik termasuk
juga: ijazah,nilai yang tinggi, hadiah, ganjaran, penghargaan dan lain-lain”[17].
Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau
mengembangkan minat peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya. Para
pendidikpun diharapkan mampu menumbuhkan dan mengembangkan minat serta bakat
dengan memberikan motivasi kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar.
b.
Upaya Mengatasi Problem
Pendidik Dalam Pendidikan Agama Islam.
Dalam
peningkatan etos kerja dan meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di
sekolah, maka yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1.
Penghasilan pendidik dalam
mencukupi kebutuhan hidupnya.karena rendahnya gaji pendidik akan mengakibatkan
terhambatnya dalam meningkatkan profesionalitas kualitas pendidik.
2.
Seorang pendidik memahami
tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik.
3.
Seorang pendidik harus mampu
menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai dengan karakter materi
pelajaran dan situasi belajar mengajar.
c.
Upaya Mengatasi Problem
Kurikulum Dalam Pendidikan Agama Islam
Upaya
mengatasi terhadap problem kurikulum maka pembuatan kurikulum haruslah
memperhatikan kesesuaian kurikulum dengan perkembangan zaman pada masa kini
serta masa-masa yang akan datang, sehingga peserta didik memiliki bekal dalam
menghadapi kompetisi dalam kehidupan nyata yang cenderung hedonis dan
materialis. Pembuatan kurukulum juga harus menyeimbangkan antara teoritis dan
praktis dalam keagamaan. Peserta didik harus dilatih bagaimana ia mempraktikan
teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mengerti
bagaimana ia nantinya harus mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari
didalam bermasyarakat.
d.
Upaya Mengatasi Problem
Manajemen Dalam Pendidikan Agama Islam
Dalam
peningkatan mutu pendidikan di sekolah, seharusya ada terjalin hubungan antara
sekolah dengan orang tua peserta didik dimaksudkan agar orang tua mengetahui
berbagai kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah untuk
kepentingan peserta didik dan juga orang tua peserta didik mau memberi
perhatian yang besar dalam menunjang program program sekolah.
Terjalinya
sekolah dengan masyarakat bertujuan memelihara kelangsungan hidup sekolah dan
memproleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka mengembangkan
pelaksanan program-program sekolah.
e.
Upaya Mengatasi Problem Sarana
dan Prasarana Dalam Pendidikan Agama Islam
Sarana
pendidikan sangat menunjang dalam proses belajar mengajar, hal ini akan
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
madrasah.diantaranya adalah :
1.
Gedung sekolah yang memadai
sehingga membuat peserta didik senang dan bergairah belajar di dalam sekolah.
2.
Sekolah harus memiliki
perpustakaan dan dimanfaatkan secara optimal baik oleh pendidik atau peserta
didik.
3.
Adanya alat alat peraga yang
lengkap akan sangat membantu pencapaian tujuan pendidikan.
4.
Adanya alat sarana untuk
ibadah.
f.
Upaya Mengatasi Problem
Lingkungan dalam Pendidikan Agama Islam
1.
Suasana keluarga yang aman dan
bahagia, itulah yang diharapkan akan menjadi wadah yang baik dan subur bagi
pertumbuhan jiwa anak didik yang dibesarkan dalam keluarga.
2.
Lingkungan masyarakat agamis
akan dapat menunjang keberhasilan pendidikan dan sebaliknya lingkungan yang
tidak sehat akan dapat menghambat menyebabkan terhambatnya dalam proses belajar
mengajar.
3.
Orang tua yang belum memahami
arti nilai nilai agama Islam akan mempengaruhi terhadap pendidikan anak.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lingkup Penelitian
Lokasi
penelitian di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah Kecamatan Margo Tabir
Kabupaten Merangin. Penelitian ini
tentang Problematika Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo
Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yaitu penelitian
yang pada umumnya seorang peneliti dapat menemukan data penelitian dalam bentuk
kata-kata, gambar, data disini bermaksut adalah “transkip-transkip wawancara,
catatan data lapangan, dokumen pribadi, foto-foto, kamera, nota dan
lain-lainnya”.[18]
Data-data penelitian tersebut haruslah dideskripsikan oleh peneliti. yang dilihat melalui sudut pandang
pendidikan, dan datanya dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi dan
dokumentasi.
B.
Jenis
dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer, “merupakan data yang diperoleh melalui
serangkaian kegiatan; observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner”[19]
jadi “data primer adalah yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan
dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau
dipergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang
bersangkutan”[20]. Data
primer yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah data tentang:
1)
Apa saja problematika yang dihadapi dalam proses pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo
Tabir Kabupaten Merangin.
2)
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi Problematika Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo
Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
b.
Data Sekunder
Data
sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan
atau publikasi lainnya. “Data skunder merupakan data yang diperoleh
melalui pengumpulan atau pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi berupa
penelaah terhadap dokumen pibadi, resmi kelembagaan, referensi-referensi atau
peraturan”[21] Data sekunder dalam penelitian ini adalah
data yang diambil di gambaran umum di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten
Merangin seperti:
1)
Historis dan geografis.
2) Struktur
organisasi.
3)
Keadaan
guru dan siswa.
4)
Keadaan sarana dan prasarana.
2.
Sumber Data
Sumber data
adalah dimana data diperoleh[22]. Sedangkan sumber data dalam
penelitian ini orang yang meliputi:
a. Kepala Madrasah Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko
Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin
b. Waka Kesiswaan, Waka
kurikulum dan guru mata pelajaran
lainnya
c. Siswa.
C. Subjek Penelitian
Teknik
pemilihan informan atau subjek penelitian berdasarkan pada kriteria yang
dikemukakan dalam buku metodologi penelitian pendidikan sosial Penelitian
oleh Spradley yaitu:
1. Sederhana, hanya terdapat satu
situasi sosial tunggal
2. Mudah memasukinya
3. Tidak payah dalam melakukan
penelitian, mudah memperolah izin,
kegiatannya terjadi berulang-ulang[23]
pemilihan informan menggunakan teknik bola
salju (snow ball sampling). Pemilihan informan dengan teknik snowball merupakan
tenik terbaik, dalam penelitian kualitatif terutama dalam hal-hal penelitian
topik-topik yang sensitif atau populasi yang sulit dijangkau. Dalam buku
metodologi penelitian pendidikan sosial Penelitian Menurut Lee dan Berg,
menyatakan;
strategi
dasar teknik bola salju (snowball) ini dimulai dengan menetapkan satu atau
beberapa orang informasi kunci dan melakukannya interviw terhadap mereka secara
bertahap, atau berproses, dalam melaksanakan penelitian ini peneliti akan
menetapkan satu atau beberapa orang informan kunci dan mengadakan interviw atau
wawancara terhadap mereka, kepada mereka kemudian diminta arahan, saran,
petunjuk siapa baiknya yang menjadi informan berikutnya yang menurut mereka
memiliki pengetahuan, pengalaman, informasi yang dicari, selanjutnya penentuan
informan berikutnya dilakukan dengan teknik yang sama sehingga akan diperoleh
jumlah informan yang semakin lama semakin besar.[24]
kegiatannya
terjadi berulang-ulang.kualitatif tidak dikenal konsep “keterwakilan” contoh/sampel
dalam rangka generalisasi yang berlaku bagi populasi[25].
Subjek yang diteliti adalah kepala
Madrasah Aliyah Swasta As-salamah,
Waka kesiswaan, waka
kurikulum, Guru mata pelajaran
lainnya, serta siswa yang diambil dengan menggunakan cara snow ball sampling artinya “...proses penyebaran sampel secara
beranting yakni proses menyebarnya sampel yang seibarat bola salju, yang pada
mulanya kecil, kemudian semakin membesar dalam proses bergulir menggelinding.” Maka ditetapkan
informan kunci (key informan) adalah guru Agama, dan sebagai responden ditetapkan siswa Madrasah Aliyah Swasta
As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin, sedangkan sebagai informan tambahan
ditetapkan kepala Madrasah Aliyah Swasta As-salamah, waka kesiswaan, waka kurikulum dan guru mata pelajaran lainnya. Subjek
dalam penelitian ini sebagian didatangi dan diwawancarai, dan sebagian lagi
didatangi untuk diamati atau diobservasi secara langsung. Hal ini dilakukan
untuk penyesuaian informasi atau data yang diperoleh melalui wawancara dengan
data yang diperoleh melalui observasi melalui teknik triangulasi,
sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.
D.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi data-data yang diinginkan,
peneliti dalam hal ini menerapkan beberapa metode sebagai berikut:
1.
Observasi
Metode observasi ini digunakan untuk “mengamati,
memahami peristiwa secara cermat, mendalam dan terfokus terhadap subjek
penelitian, baik dalam suasana formal maupun santai”.
Observasi dilakukan menggunakan panduan observasi yang
disiapkan untuk memudahkan dan
membantu peneliti dalam memperoleh data. Panduan tersebut dikembangkan dan
diperbaharui selama penulis berada di lokasi penelitian. Metode observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non partisipan, yang
mana peneliti tidak melibatkan diri secara langsung dalam lingkungan penelitian
mengenai:
a. Problematika yang di hadapi dalam
proses Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah
Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
b.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Problematika Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam Di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo
Tabir Kabupaten Merangin.
2. Wawancara
Peneliti juga menggunakan teknik wawancara
dengan “subjek yang telibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki
pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili objek
penelitian”.[26]
Wawancara dilakukan secara formal dan informal (terjadwal dan tidak terjadwal)
ditempat resmi dan ditempat umum. Wawancara adalah sebuah dialog yang
dilaksanakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.”
Wawancara penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang:
a. Problematika yang di hadapi dalam
proses Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah
Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
c.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Problematika Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam Di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo
Tabir Kabupaten Merangin.
3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai “…cara mencari data mengurai
hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat
kabar, majalah, notulen rapat, prasasti, legger, agenda dan sebagainya”[27] Metode dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini
berupa catatan-catatan, pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan,
keputusan atau surat-surat lainnya, catatan-catatan dan arsip-arsip yang ada
kaitannya dengan fokus penelitian. Data yang dikumpulkan mengenai teknik
tersebut berupa kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat
dengan menggunakan catatan-catatan. Dokumentasi penulis gunakan untuk
memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum Madrasah
Aliyah Swasta As-salamah seperti:
a. Historis
dan geografis.
b.
Struktur organisasi.
c.
Keadaan
guru dan siswa.
d.
Keadaan sarana dan prasarana.
E. Teknik Analisis Data
Setelah selesai penelitian ini, maka data yang di peroleh terlebih dahulu
diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui
segi kualitatif, dengan teknik:
1.
Reduksi
Data
Reduksi data diartikan sebagai “…proses pengumpulan
data penelitian, seorang peeliti dapat mengemukakan kapan saja waktu untuk
mendapatkan data yang banyak, apabila peneilti mampu menerapakan metode
observasi, wawancara atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek
yang diteliti[28]”Masalah Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta
As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin
diambil melalui wawancara dan observasi kemudian dianalisis dengan menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
data tersebut sehingga bisa disajikan.
2.
Penyajian Data
Penyajian data/informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data mengenai Problematika Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo
Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin yang telah direduksi melalui
bab-bab yang sudah tersedia.
3.
Verifikasi/Penarikan kesimpulan
Penarikan
kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan
juga diverifikasi selama penelitian dalam pikiran penganalisis dengan menulis
suatu tinjauan ulang pada catatan. Hasil penyajian data bisa diambil kesimpulan
tentang temuan lapangan mengenai Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di
Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir
Kabupaten Merangin dan menyesuaikan dengan teori yang telah disusun sebelum
penelitian dilakukan.
F. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.[29] Jadi dalam hal ini mengecek
sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan dengan penelitian ini. Ada
empat macam Triangulasi yaitu dengan menggunakan sumber, metode, penyidik dan
teori.
Penelitian ini penulis menggunakan triangulasi dengan sumber yakni
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal
ini dapat dicapai dengan jalan:
1.
Membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2.
Membandingkan
apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara
pribadi.
3.
Membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu.
4.
Membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya,
pemerintah.
5.
Membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan[30].
Triangulasi
dengan metode menurut Moleong adalah: Pertama, pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi
dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara membandingkan
hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya. Sedangkan,
Triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif
dan secara logika.
Berdasarkan
teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran dan
keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang Problematika
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa
Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin dari sumber
hasil observasi, wawancara maupun melalui dokumentasi, sehingga dapat
dipertanggung jawab keseluruhan data yang diperoleh di lapangan dalam
penelitian tersebut.
G.
Jadwal
Penelitian
Adapun
kegiatan penelitian atau rencana kerja yang penulis lakukan di mulai dari
tanggal 15 April s/d 15 juli 2013 dan di
bagi tiga tahap, yaitu: Pada tahap pertama meliputi, penyusunan proposal,
seminar proposal, serta peerbaikan proposal dan menyusun izin riset untuk
mengadakan penelitian. Pada tahap kedua meliputi, pengumpulan data lapangan,
sejalan dengan analisa tahap awal. Pada tahap ketiga meliputi, analisa
lanjutan, penyusunan laporan penelitian dalam bentuk skripsi dan memperbanyak.
Agar
lebih jelas jadwal penelitian tersebut dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel, 1 :
Jadwal Penelitian. 2 (dua) bulan
No
|
Jenis kegiatan penelitian
|
Bulan
|
|||||||||||||||||||||||
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
1
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pembuatan
proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Perbaikan hasil
seminar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pengajuan izin
riset
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyusunan IPD
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Pelaksanaan riset
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Penyusunan riset
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Penulisan skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Perbaikan
pembimbing
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
[1]
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005, Hal . 9.
[2] Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia, 2003,Hal. 8.
[3] Abdul
Mujib Dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana
Prenada Media, 2006, Hal. 252.
[5] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia, 2004, Hal. 106.
[6]
Ramayulis, ilmu pendidikan islam, Jakarta:
Kalam Mulia, 2002, Hal. 78 – 80.
[7]Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006, Hal. 87
[8] Martinis
Yamin, strategi pembelajaran berbasis
kompetensi, Jakarta: Gaung persada press, 2003, Hal. 1.
[9]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, Hal. 1
[10]Lias
Hasibuan, kurikulum & pemikiran
pndidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2010, Hal. 124-126
[12]
Ramayulis, ilmu pendidikan islam, Jakarta:
Kalam Mulia, 2002, Hal. 150.
[13]
Ramayulis, ilmu pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia, 2002, Hal. 150-151
[14]Rahmayani,
Actualisai Mamajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah Aliyah
Swasta Pamenang Kabupaten Merangin, Bangko: Program Sarjana S1 STAI SMQ
Bangko, Proposal Skripsi, 2012, Hal. 15.
[15]Ramayulis,
ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, 2002, Hal. 212
[16]Muzayyin
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2003, Hal. 146
[17] Ramayulis,
ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, 2002, Hal. 246
[20]Mukhtar,
Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, Jambi: Sulthan Thaha Press,
2007, Hal. 87.
[22]Http://Metodologi
Penelitian Pendidikan (Jenis Data
Penelitian).Com, diakses
10 mei 2013
[25]Sanapiah
Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi, Malang: YA3
Malang, 1990, hal. 38.
[27]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hal.
231
[28]
Iskandar, Metodologi Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta:
Gaung Persada Press, 2009, Hal. 223.
[29]Lexy J.
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda karya,
2004, Hal. 330.
[30]Lexy J.
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda karya,,
2004, Hal. 331.