Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin”.

Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin”.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang  Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi setiap manusia dalam menghadapi setiap permasalahan hidup yang cenderung hedonis atau materialis. Apalagi kini masyarakat di Indonesia perhatianya terhadap materi semakin besar sedangkan perhatian mereka terhadap agama semakin kecil. Hal ini tercermin dalam kehidupan mereka yang cenderung materialistik dan hedonistik. Kini semakin banyak orang yang memilih pendidikan non agama yang menjanjikan pekerjaan lebih mudah dari pada pendidikan agama.
Pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta merupakan sarana dalam membangun watak bangsa.  Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan cerdas pula, dan juga sebaliknya dan secara progresif akan membentuk kemandirian pada masyarakat itu sendiri.
Jika dilihat dari aspek program dan praktik penyelenggaraanya pendidikan Islam pada umumya dibagi menjadi empat bagian:
1.      Pendidikan pondok pesantren, yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara tradisional.
2.      Pendidikan madrasah ialah pendidikan yang diselenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan model barat yang menggunakan metode-metode pengajaran klasik dan berusaha menanamkan nilai-nilai Islami sebagai landasan hidup dalam diri setiap peserta didik.
3.      Pendidikan umum yang bernafaskan Islam, yaitu pendidikan Islam yang dilakukan melalui pengembangan sarana pendidikan yang bernafaskan Islam di lembaga-lembaga yang menyelenggarakan program yang sifatnya umum.
4.      Pendidikan Islam yang diselengarakan di lembaga pendidikan umum sebagai bagian dari mata pelajaran / mata kuliah[1].
Dari ulasan diatas menunjukkan bahwa pendidikan merupakan tolak ukur dalam membangun masyarakat yang berperadaban tinggi. Suatu bangsa akan maju, dinamis, harmonis dan berkualitas bilamana pendidikan yang ada juga berkualitas.
Keberhasilan pendidikan bukan hanya dapat diukur dari keunggulan ranah kognitif dan mengabaikan terhadap ranah afektif dan pskimotor. Dalam konteks pendidikan di sekolah, kelemahan tersebut rupanya bersifat menyeluruh, bukan hanya dialami oleh satu mata pelajaran tertentu, tetapi dialami seluruh mata pelajaran. Berkaitan dengan kenyataan ini mengilustrasikan bahwa ada sejumlah peserta didik yang suka hidup mewah dan boros di sekolah, bukankah itu menunjukkan kegagalan dari guru matematika dan ekonomi. Dan juga pada peserta didik yang kurang peduli terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, bukankah itu merupakan kegagalan dari guru IPA. Dan juga ada peserta didik yang kurang sopan dalam berbicara dengan orang yang lebih tua, bukankah itu merupakan kegagalan dari guru bahasa. Kegagalan dari semua mata pelajaran secara tidak langsung merupakan kegagalan dari guru mata pelajaran agama Islam juga.
Oleh sebab itu, proses pendidikan tidak hanya diorientasikan pada pengembangan kognitif saja (transfer of knowledge), akan tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik, sehingga peserta didik dapat berkembang dengan utuh antara mengetahui, merasakan dan bertindak.
Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu memberikan nuansa baru bagi pengembangan sistem pendidikan yang ada di Indonesia, dan sekaligus dapat memberikan kontribusi dalam menjabarkan makna pengembangan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Tujuan Pendidikan Nasional UU No.2 tahun 2003.
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab[2].

Tantangan dalam pendidikan agama Islam merupakan bagian dari tantangan dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya, terutama dalam meningkatkan sumber daya manusia yaitu:
1.      Era kompetitif yang disebabkan oleh meningkatnya standar dunia kerja.
2.      Kualitas pendidikan menurun, maka kualitas sumber daya manusia menurun dan lemah pula, dalam hal keimanan dan ketakwaan serta penguasaan iptek.
3.      Kemajuan tekhnologi informasi menyebabkan banjirnya infomasi yang tidak terakses dengan baik oleh para pendidik dan pada gilirannya berpengaruh pada hasil pendidikan.
4.      Di dunia pendidikan tertinggal dalam hal metodologi, Kesenjangan antara kualitas pendidikan dengan kenyataan empiris perkembangan masyarakat.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa tantangan pendidikan agama Islam pada umumya, bukanlah permasalahan yang berdiri sendiri, melainkan terkait baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan perkembangan iptek dan aspek kehidupan yang lain, baik ekonomi, politik, social dan budaya.[3]
Pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah-sekolah kita masih mengalami banyak problem atau kendala yang meliputi pendidik dimana sebagian besar dari mereka belum memahami cara mendidik yang benar sehingga sasaran dari pendidikan Islam yakni membentuk kesadaran kepada peserta didik dalam mengamalkan syariat Islam dan berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari kurang optimal atau belum sepenuhnya tercapai.
Problem dalam pelaksanaan pendidikan Islam juga terdapat pada peserta didik dimana lingkungan tempat mereka berada sudah banyak mengalami dekadensi moral yang disebabkan oleh lemahnya perekonomian, lemahnya kesadaran diri akan nilai-nilai agama. Problem juga ada pada penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dimana hal ini sangat terkait dengan kemampuan finansial sekolah yang kurang memadai.
Permasalahan di atas nampaknya menurut pengamatan penulis, terjadi di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah yang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang juga mempuyai tanggung jawab dalam rangka mewujudkan cita-cita pendidikan, sudah tentu menghadapi beberapa problema yang dapat menghambat pelaksanaan pendidikan, khususya pelaksanaan pendidikan agama Islam.
Berdasarkan fenomena di atas, maka Penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dan  mengangkat permasalahan ini untuk dijadikan judul skripsi yaitu:Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin”.
B.     Rumusan dan Batasan Masalah
1.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a)      Apa saja problematika yang dihadapi dalam proses pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
b)      Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
2.      Batasan Masalah
Agar lebih terfokus satu arah dan tidak terjadi ke simpang siuran dalam penelitian ini, maka penulis memberi batasan masalah pada Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
C.    Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
a)      Untuk mendiskripsikan apa saja problematika yang dihadapi dalam proses pelaksanaan pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Unggulan Ibnu Husain.
b)     Untuk mendiskripsikan bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi problema pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Unggulan Ibnu Husain.
2.      Kegunaan penelitian
a)      Untuk memberi bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam meningkatkan pendidikan agama islam di maderasah aliayah swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
b)     Untuk menambah wawasan penulis tentang Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Di Maderasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
c)      Untuk melengkapi salah satu syarat guna meraih Gelar Sarjana (Strata Satu) dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Maulana  Qori Bangko.
D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini  diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:
               1.         Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah kepustakaan jurusan tarbiyah serta menjadi bahan masukan bagi mahasiswa jurusan tarbiyah untuk penelitian yang terkait atau sebagai contoh untuk penelitian dimasa yang akan datang, khususnya mengenai Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Penciptaan Suasana Kegiatan Belajar Mengajar yang Kondusif di Madrsah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
               2.         Manfaat Praktik, dengan penelitian ini akan memberikan informasi mengenai pengaruh pengelolaan kelas dalam penciptaan suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif kepada kepala sekolah, guru untuk berupaya mengoptimalkan hasil belajar siswa.


E.     Sistematika Penulisan
Dalam Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari :
BAB I.     Pendahuluan yang berisi latar belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II    Kerangka teori yang merupakan diskripsi teori yang menguraikan teori-teori dengan topic penelitian. Dimana teoti diambil dari berbagai literature yang berhubungan dengan judul penelitian.
BAB III   Prosedur penelitian yang berisikan tentang lingkup penelitian, jenis penelitian, sumber data, populasi dan sampel penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data serta analisis data.
BAB IV   Laporan hasil penelitian berisikan tentang gambaran umum lokasi objek penelitian dan penyajian data hasil penelitian.[4]
BAB V    Pembahasan hasil penelitian. Bab ini berisi tentang gagasan penelitian, seerta penafsiran dan penjelasan dari temuan atau teori yang diungkap dari lapangan.
BAB VI    Penutup yang memuat tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan dan dijadikan dasar untuk memberikan saran bagi objek penelitian.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Problematika Dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Dalam pelaksanaan program pendidikan agama Islam di sekolah ditemui beberapa problem sebagaimana yang akan diuraikan sebagai berikut:
1.      Problem Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama Islam
Pengertian peserta didik adalah seorang anak yang belum mencapai kedewasaan, baik fisik maupun psikologis yang memerlukan usaha serta bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah, serta merupakan bagian dari masyarakat dan warga negara. Peserta didik di jadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan dan pengajaran. Pendidik tidak mempuyai arti apa apa tanpa kehadiran peserta didik sebagai subyek pembinaan. Dalam perspketif pedagogis, peserta didik adalah sejenis makhluk yang memerlukan pendidikan.
Adapun problem-problem yang terdapat pada anak didik antara lain:
a)   Problem kemampuan ekonomi keluarga
b)   Problem intelegensia
c)   Problem bakat dan minat.
d)  Problem perkembangan dan pertumbuhan
e)   Problem kepribadian.
f)    Problem sikap
g)   Problem sifat
h)   Problem kerajinan dan ketekunan
i)     Problem pergaulan
j)     Problem kesehatan[5].

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing peserta didik adalah kebutuhan mereka diantaranya:
a)      Kebutuhan fisik
b)      Kebutuhan social
c)      Kebutuhan untuk mendapat status
d)     Kebuthan mandiri
e)      Kebtuhan untuk berprestasi
f)       Kebutuhan ingin di sayangi dan di cintai.
g)      Kebuthan untuk curhat
h)      Kebutuhan untuk memiliki filsapat hidup[6].

Kebutuhan – kebutuhan peserta didik di atas harus di perhatikan oleh seorang pendidik agar kebutuhan primer dan sekunder dapat terpenuhi sehingga peserta didik tumbuh kembang mencapai kematangan secara fisik maupun psikisnya.
2.      Problem Pendidik Dalam Pendidikan Agama Islam
Dalam proses pendidikan khususnya pendidikan di sekolah atau madrasah, Pendidik memegang peranan yang paling utama. Adapun gambaran tentang hakikat pendidik adalah “orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta) maupun psikomotorik (karsa)”[7].
Pengajar (pendidik) mengemban tugas utamanya adalah mendidik dan membimbing siswa–siswa untuk belajar serta mengembangkan dirinya. Di dalam tugas seseorang guru di harapkan  dapat membantu siswa dalam memberi pengalaman–pengalaman lain untuk membentuk kehidupan sebagai individu yang dapat hidup mandiri di tengah – tengah masyarakat modern[8].

“Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik sangat memerlukan pengetahuan psikologi yang memadai, dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman serta kemajuan sains dan teknologi”[9].
Pendidik dalam pendidikan agama Islam dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Seseorang dikatakan professional, bilamana pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses, hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman, serta dilandasi oleh kesadaran tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus di masa depan.
Untuk memahami bahwa pendidik islam yang professional harus memiliki  kompetensi-kompetensi yang lengkap meliputi:
1)        Menguasai bahan pelajaran
2)        Mengelola program belajar mengajar
3)        Mengelola kelas
4)        Menggunakan media dan sumber belajar
5)        Mengelola interaksi belajar mengajar
6)        Melaksanakan penilaian hasil belajar siswa
7)        Mengenal dan menyelenggarakan adminitrasi sekolah
8)        Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan penyuluhan
9)        Menguasai landasan-landasan kependidikan
10)    Memahami prinsip-prinsip dan mnafsirkan hasil-hasil[10]
Berdasarkan uraian di atas, maka pendidik dalam melakukan proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus menguasai serta menerapkan prinsip tentang cara-cara untuk menyampaikan bahan pelajaran sehingga dapat dterima peserta didik. Dengan kata lain, “pengajar diharapakan mengembangakan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh”[11].
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang memilih profesi sebagai pendidik, berarti ia harus sanggup memikul tanggung jawab yang besar. Pendidik merupakan harapan masyarakat yang terdidik, membimbing, dan mengajar anak didiknya menjadi manusia berguna bagi Agama dan Nusa dan Bangsa.
3.      Problem Kurikulum Dalam Pendidikan Agama Islam
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
“Dalam Bahasa Arab kurikulum diistilahkan manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikam (manhaj al-dirasah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan[12].
Definisi tentang kurikulum juga telah dirumuskan oleh para pakar pendidikan, diantaranya definisi yang di kemukakan oleh:
“M.Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus di sajikan dalam proses kependidikan dalam suatu system institusional pendidikan. Nampaknya definisi ini masih terlalu sederhana dan lebih terpaku pada materi pelajaran semata. Sementara, serta Zakiah Daradjad menganggap kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Definisi kurikulum ini nampaknya lebih luas dari definisi yang pertama, karena kurikulum tidak hanya mencakup pada materi pelajaran semata namun juga mencakup seluruh program di dalam kegiatan pendidikan[13]”.

Dari definisi kurikulum tersbut, maka dapat di pahami bahwa kurikulum tidak hanya cukup dipahami sebagi sebuah doumen berharga yang dijadi kan oleh pihak yang berkepentingan sebagai pedoman didalam penyelenggaraan pendidikan agama islam tetapi direalisasikan dalam pelaksanaan pendidikan.
4.      Problem Manajemen Dalam Pendidikan Agama Islam
Manajemen berasal dari bahsa inggris “management” yang berarti pengelolaan, ketata-laksanaan. Management berakar dari kata “to manage” yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, atau mengelola.
Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasanya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat direalisasikan secara optimal, efektif dan efesien.
Manajemen pendidikan Islam mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Dari kerangka inilah tumbuh kesadaran untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas menajemen pendidikan, baik yang dilakukan pemerintah maupun lembaga pendidikan.
Menurut E. Mulyasa manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, proses pengendalian kegiatan tersebut mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakakn (actualiting), dan pengawasan (controlling). Sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi[14].

Manajemen pendidikan di Indonesia, pendidikan Islam belum mengalami transformasi posisi yang berarti dan diberlakukan sacara sejajar oleh pemerintah dengan pendidikan umum di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam pengelolaan sistem pendidikan di Indonesia, “posisi pendidikan Islam masih dalam posisi marginal.
Inilah realitas yang dihadapi, sehingga menjadikan pendidikan Islam secara umum kurang diminati dan kurang mendapat perhatian. Hal ini didukung dengan materi kurikulum dan manajemen pendidikan yang kurang memadai, kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Lulusannya kurang memiliki ketrampilan untuk bersaing dalam dunia kerja. Melihat kenyatatan ini, maka reformasi manajemen pendidikan Islam menjadi suatu keharusan. Sebab dengan langkah-langkah berusaha pembenahan dan peningkatan profesionalisme penyelenggaran pendidikan akan mampu menjawab berbagai tantangan dan dapat memberdayakan pendidikan Islam di masa depan. Dalam hal ini pendidikan agama Islam menerapkan manajemen berbasis sekolah artinya pengelolaan pendidikan pendidikan mengarah kepada pengelolaan kepada pengelolaan manajemen berbasis sekolah,
Penerapan manajemen berbasis sekolah juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, pendidik, serta kebutuhan masyarakat setempat.
Faktor tersebut berkaitan dengan kewajiban sekolah yang menawarkan keluasan pengelolaan masyarakat, kebijakan dan prioritas pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan berhak merumuskan kebijakan yang menjadi prioritas nasional terutama yang berkaitan dengan program peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan, peranan orang tua dan masyarakat perlu dihimpun dalam satu badan sekolah yang dapat berpartisipasi dalam pembuatan keputusan sekolah, peranan profesionalisme kepala sekolah, pendidik, administrasi dalam mengoperasikan sekolah.
5.      Problem Sarana dan Prasarana Dalam Pendidikan Agama Islam
Sarana pendidikan agama Islam adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam menunjang proses pendidikan khususya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta peralatan dan media pengajaran yang lain.
Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses pendidikan atau pengajaran seperti kebun, halaman, taman sekolah, jalan menuju sekolah, sarana pendidikan sebagai alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.
Sarana pendidikan Agama Islam diharapkan dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalanya proses pendidikan. Dengan demikian apabila pendidikan Islam memanfaatkan dan menggunakan sarana pendidikan, maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang diperoleh, dan juga diharapkan akan memiliki moral yang baik.
Sarana dan prasarana pendidikan agama Islam yang baik, diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan indah sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan bagi pendidik maupun peserta didik yang berada di sekolah.
Yusuf Hadi Miarso dkk, menyatakan bahwa alatsarana pendidikan mempuyai nilai-nilai praktis yang berupakemampuan atau kelebihan anatara lain:
a.    Membuat konkrit konsep yang abstrak.
b.   Membawa obyek yang sukar diperoleh ke dalam lingkungan belajar peserta didik.
c.    Menampilkan obyek yang terlalu besar.
d.   Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
e.    Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
f.    Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar peserta didik.
g.   membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
h.   Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan[15].

6.      Problem lingkungan Dalam Pendidikan Agama Islam
Lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak yang terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Kondisi lingkungan mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik (alam) dan lingkungan sosial.
“Lingkungan social dan keluarga perlu di ciptakan sedemikian rupa sehingga kondusif terhadap program pendidikan agama disekolah”[16], karena Lingkungan sosial dan keluarga mempuyai peran penting terhadap berhasilnya tidaknya pendidikan agama karena perkembangan jiwa peserta didik sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkunganya. Lingkungan akan dapat menimbulkan pengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam sikap maupun perasaan keagamaan, Problem lingkungan ini mencakup:
a)      Suasana keluarga yang tidak harmonis akan mengkibatkan pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan peserta didik.
b)      Lingkungan masyarakat yang tidak/kurang agamis akan menggangu perjalanan proses belajar mengajar disekolah.
c)      Kurangnya pemahaman orang tua akan arti nilai-nilai agama Islam akan mempengaruhi terhadap pendidikan anak.
B.     Upaya Mengatasi Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.
Untuk mengatasi problematika pelaksanaan Pendidikan Agama Islam disekolah dapat diupayakan beberapa solusi yang diharapkan mampu meyelesaikan permasalahan yang dihadapi sebagaimana yang akan diuraikan sebagai berikut:
a.       Upaya Mengatasi Problematika Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama Islam.
Untuk mengatasi berbagai problem pendidikan agama Islam, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Solusi terhadap problem yang terdapat pada peserta didik sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar baik siap dalam kondisi fisik atau psikis (jasmani atau mental) individu yang memungkinkan dapat melakukan belajar.
2.      Adanya motivasi terhadap peserta didik baik timbulnya dari intrinsik yaitu motivasi yang datang dari peserta didik atau motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari lingkungan di luar diri peserta didik, “Dalam motivasi ekstrinsik termasuk juga: ijazah,nilai yang tinggi, hadiah, ganjaran, penghargaan dan lain-lain”[17]. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya. Para pendidikpun diharapkan mampu menumbuhkan dan mengembangkan minat serta bakat dengan memberikan motivasi kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
b.      Upaya Mengatasi Problem Pendidik Dalam Pendidikan Agama Islam.
Dalam peningkatan etos kerja dan meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di sekolah, maka yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1.      Penghasilan pendidik dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.karena rendahnya gaji pendidik akan mengakibatkan terhambatnya dalam meningkatkan profesionalitas kualitas pendidik.
2.      Seorang pendidik memahami tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik.
3.      Seorang pendidik harus mampu menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai dengan karakter materi pelajaran dan situasi belajar mengajar.
c.       Upaya Mengatasi Problem Kurikulum Dalam Pendidikan Agama Islam
Upaya mengatasi terhadap problem kurikulum maka pembuatan kurikulum haruslah memperhatikan kesesuaian kurikulum dengan perkembangan zaman pada masa kini serta masa-masa yang akan datang, sehingga peserta didik memiliki bekal dalam menghadapi kompetisi dalam kehidupan nyata yang cenderung hedonis dan materialis. Pembuatan kurukulum juga harus menyeimbangkan antara teoritis dan praktis dalam keagamaan. Peserta didik harus dilatih bagaimana ia mempraktikan teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mengerti bagaimana ia nantinya harus mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari didalam bermasyarakat.
d.      Upaya Mengatasi Problem Manajemen Dalam Pendidikan Agama Islam
Dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah, seharusya ada terjalin hubungan antara sekolah dengan orang tua peserta didik dimaksudkan agar orang tua mengetahui berbagai kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah untuk kepentingan peserta didik dan juga orang tua peserta didik mau memberi perhatian yang besar dalam menunjang program program sekolah.
Terjalinya sekolah dengan masyarakat bertujuan memelihara kelangsungan hidup sekolah dan memproleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka mengembangkan pelaksanan program-program sekolah.
e.       Upaya Mengatasi Problem Sarana dan Prasarana Dalam Pendidikan Agama Islam
Sarana pendidikan sangat menunjang dalam proses belajar mengajar, hal ini akan menunjang tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah.diantaranya adalah :
1.      Gedung sekolah yang memadai sehingga membuat peserta didik senang dan bergairah belajar di dalam sekolah.
2.      Sekolah harus memiliki perpustakaan dan dimanfaatkan secara optimal baik oleh pendidik atau peserta didik.
3.      Adanya alat alat peraga yang lengkap akan sangat membantu pencapaian tujuan pendidikan.
4.      Adanya alat sarana untuk ibadah.
f.       Upaya Mengatasi Problem Lingkungan dalam Pendidikan Agama Islam
1.      Suasana keluarga yang aman dan bahagia, itulah yang diharapkan akan menjadi wadah yang baik dan subur bagi pertumbuhan jiwa anak didik yang dibesarkan dalam keluarga.
2.      Lingkungan masyarakat agamis akan dapat menunjang keberhasilan pendidikan dan sebaliknya lingkungan yang tidak sehat akan dapat menghambat menyebabkan terhambatnya dalam proses belajar mengajar.
3.      Orang tua yang belum memahami arti nilai nilai agama Islam akan mempengaruhi terhadap pendidikan anak.


BAB III

PROSEDUR PENELITIAN


A.    Lingkup Penelitian
Lokasi penelitian di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin. Penelitian ini tentang Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang pada umumnya seorang peneliti dapat menemukan data penelitian dalam bentuk kata-kata, gambar, data disini bermaksut adalah “transkip-transkip wawancara, catatan data lapangan, dokumen pribadi, foto-foto, kamera, nota dan lain-lainnya”.[18] Data-data penelitian tersebut haruslah dideskripsikan oleh peneliti. yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan, dan datanya dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
B.     Jenis dan Sumber Data
1.      Jenis Data
a.  Data Primer
Data primer, “merupakan data yang diperoleh melalui serangkaian kegiatan; observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner”[19] jadi “data primer adalah yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau dipergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan”[20]. Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah data tentang:
1)        Apa saja problematika yang dihadapi dalam proses pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
2)        Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
b.   Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. “Data skunder merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan atau pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi berupa penelaah terhadap dokumen pibadi, resmi kelembagaan, referensi-referensi atau peraturan”[21] Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil di gambaran umum di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin seperti:
1)   Historis dan geografis.
2)   Struktur organisasi.
3)   Keadaan guru dan siswa.
4)   Keadaan sarana dan prasarana.
2.      Sumber Data
Sumber data adalah dimana data diperoleh[22]. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini orang yang meliputi:
a.      Kepala Madrasah Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin
b.     Waka Kesiswaan, Waka kurikulum dan guru mata pelajaran lainnya
c.      Siswa.
C.    Subjek Penelitian
Teknik pemilihan informan atau subjek penelitian berdasarkan pada kriteria yang dikemukakan dalam buku metodologi penelitian pendidikan sosial Penelitian oleh Spradley yaitu:
1.      Sederhana, hanya terdapat satu situasi sosial tunggal
2.      Mudah memasukinya
3.      Tidak payah dalam melakukan penelitian, mudah memperolah izin,  kegiatannya terjadi berulang-ulang[23]

pemilihan informan menggunakan teknik bola salju (snow ball sampling). Pemilihan informan dengan teknik snowball merupakan tenik terbaik, dalam penelitian kualitatif terutama dalam hal-hal penelitian topik-topik yang sensitif atau populasi yang sulit dijangkau. Dalam buku metodologi penelitian pendidikan sosial Penelitian Menurut Lee dan Berg, menyatakan;
strategi dasar teknik bola salju (snowball) ini dimulai dengan menetapkan satu atau beberapa orang informasi kunci dan melakukannya interviw terhadap mereka secara bertahap, atau berproses, dalam melaksanakan penelitian ini peneliti akan menetapkan satu atau beberapa orang informan kunci dan mengadakan interviw atau wawancara terhadap mereka, kepada mereka kemudian diminta arahan, saran, petunjuk siapa baiknya yang menjadi informan berikutnya yang menurut mereka memiliki pengetahuan, pengalaman, informasi yang dicari, selanjutnya penentuan informan berikutnya dilakukan dengan teknik yang sama sehingga akan diperoleh jumlah informan yang semakin lama semakin besar.[24]

kegiatannya terjadi berulang-ulang.kualitatif tidak dikenal konsep “keterwakilan” contoh/sampel dalam rangka generalisasi yang berlaku bagi populasi[25]. Subjek yang diteliti adalah kepala Madrasah Aliyah Swasta As-salamah, Waka kesiswaan, waka kurikulum, Guru mata pelajaran lainnya, serta siswa yang diambil dengan menggunakan cara snow ball sampling artinya “...proses penyebaran sampel secara beranting yakni proses menyebarnya sampel yang seibarat bola salju, yang pada mulanya kecil, kemudian semakin membesar dalam proses bergulir menggelinding.” Maka ditetapkan informan kunci (key informan) adalah guru Agama, dan sebagai responden ditetapkan siswa Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin, sedangkan sebagai informan tambahan ditetapkan kepala Madrasah Aliyah Swasta As-salamah,  waka kesiswaan, waka kurikulum dan guru mata pelajaran lainnya. Subjek dalam penelitian ini sebagian didatangi dan diwawancarai, dan sebagian lagi didatangi untuk diamati atau diobservasi secara langsung. Hal ini dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi melalui teknik triangulasi, sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.
D.    Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi data-data yang diinginkan, peneliti dalam hal ini menerapkan beberapa metode sebagai berikut:
1.      Observasi
Metode observasi ini digunakan untuk “mengamati, memahami peristiwa secara cermat, mendalam dan terfokus terhadap subjek penelitian, baik dalam suasana formal maupun santai”.
Observasi dilakukan menggunakan panduan observasi yang disiapkan untuk memudahkan dan membantu peneliti dalam memperoleh data. Panduan tersebut dikembangkan dan diperbaharui selama penulis berada di lokasi penelitian. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non partisipan, yang mana peneliti tidak melibatkan diri secara langsung dalam lingkungan penelitian mengenai:
a.       Problematika yang di hadapi dalam proses Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
b.      Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.

2.      Wawancara

Peneliti juga menggunakan teknik wawancara dengan “subjek yang telibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili objek penelitian”.[26] Wawancara dilakukan secara formal dan informal (terjadwal dan tidak terjadwal) ditempat resmi dan ditempat umum. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.” Wawancara penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang:
a.       Problematika yang di hadapi dalam proses Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.
c.       Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Aliyah Swasta As-Salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin.

3.      Dokumentasi

Dokumentasi sebagai “…cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, prasasti, legger, agenda dan sebagainya”[27] Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-catatan, pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat-surat lainnya, catatan-catatan dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Data yang dikumpulkan mengenai teknik tersebut berupa kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat dengan menggunakan catatan-catatan. Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum Madrasah Aliyah Swasta As-salamah seperti:
a.       Historis dan geografis.
b.      Struktur organisasi.
c.       Keadaan guru dan siswa.
d.      Keadaan sarana dan prasarana.

E.     Teknik Analisis Data

Setelah selesai penelitian ini, maka data yang di peroleh terlebih dahulu diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui segi kualitatif, dengan teknik:
1.      Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai “…proses pengumpulan data penelitian, seorang peeliti dapat mengemukakan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneilti mampu menerapakan metode observasi, wawancara atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek yang diteliti[28]Masalah Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin diambil melalui wawancara dan observasi kemudian dianalisis dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data tersebut sehingga bisa disajikan.
2.      Penyajian Data
Penyajian data/informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data mengenai Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin yang telah direduksi melalui bab-bab yang sudah tersedia.
3.      Verifikasi/Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian dalam pikiran penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada catatan. Hasil penyajian data bisa diambil kesimpulan tentang temuan lapangan mengenai Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin dan menyesuaikan dengan teori yang telah disusun sebelum penelitian dilakukan.

F.     Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.[29] Jadi dalam hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan dengan penelitian ini. Ada empat macam Triangulasi yaitu dengan menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori.
Penelitian ini penulis menggunakan triangulasi dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
1.      Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2.      Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3.      Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4.      Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah.
5.      Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan[30].

Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: Pertama, pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan penyidik memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara membandingkan hasil pekerjaan seorang analis dengan analis lainnya. Sedangkan, Triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara induktif dan secara logika.
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Swasta As-salamah Desa Suko Rejo Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin dari sumber hasil observasi, wawancara maupun melalui dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawab keseluruhan data yang diperoleh di lapangan dalam penelitian tersebut.
G.    Jadwal Penelitian
Adapun kegiatan penelitian atau rencana kerja yang penulis lakukan di mulai dari tanggal 15 April s/d 15 juli 2013 dan  di bagi tiga tahap, yaitu: Pada tahap pertama meliputi, penyusunan proposal, seminar proposal, serta peerbaikan proposal dan menyusun izin riset untuk mengadakan penelitian. Pada tahap kedua meliputi, pengumpulan data lapangan, sejalan dengan analisa tahap awal. Pada tahap ketiga meliputi, analisa lanjutan, penyusunan laporan penelitian dalam bentuk skripsi dan memperbanyak.
Agar lebih jelas jadwal penelitian tersebut dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel, 1 :
Jadwal Penelitian. 2 (dua) bulan
No
Jenis kegiatan penelitian
Bulan
April
Mei
Juni
Juli
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Persiapan
























2
Pembuatan proposal
























3
Perbaikan hasil seminar
























4
Pengajuan izin riset
























5
Penyusunan IPD
























6
Pelaksanaan riset
























7
Penyusunan riset
























8
Penulisan skripsi
























9
Perbaikan pembimbing































[1] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada, 2005, Hal . 9.
[2] Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:  Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003,Hal. 8.
[3] Abdul Mujib Dan Jusuf Mudzakir,  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media, 2006, Hal. 252.
                [4] Panduan Penulisan Proposal Dan Skripsi Edisi Revisi Tahun 2009. STAI SMQ Bangko.
[5] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2004,  Hal. 106.
[6] Ramayulis, ilmu pendidikan islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Hal. 78 – 80.
[7]Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan islam. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, Hal. 87
[8] Martinis Yamin, strategi pembelajaran berbasis kompetensi, Jakarta: Gaung persada press, 2003, Hal. 1.
[9]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, Hal. 1
[10]Lias Hasibuan, kurikulum & pemikiran pndidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2010,       Hal. 124-126
[11]Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010,       Hal. 75.  
[12] Ramayulis, ilmu pendidikan islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Hal. 150.
[13] Ramayulis, ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Hal. 150-151
[14]Rahmayani, Actualisai Mamajemen  Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah Aliyah Swasta Pamenang Kabupaten Merangin, Bangko: Program Sarjana S1 STAI SMQ Bangko, Proposal Skripsi, 2012, Hal. 15.
[15]Ramayulis, ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Hal. 212
[16]Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003,      Hal. 146
[17] Ramayulis, ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Hal. 246
                [18] Iskandar, Metodologi Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta:  Gaung Persada Press.2009, Hal. 191-192.
                [19] Iskandar, Metodologi Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta: Gaung Persada Press,2009, Hal. 76.
[20]Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah, Jambi: Sulthan Thaha Press, 2007, Hal. 87.
                [21] Iskandar, Metodologi Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, Hal. 77.
[22]Http://Metodologi Penelitian Pendidikan (Jenis Data Penelitian).Com, diakses            10 mei 2013
                [23]Iskandar, Metodologi Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, H,219
                [24]Iskandar,Metodologi Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta: Gaung Persada Press,2009, Hal,220-221
[25]Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi, Malang: YA3 Malang, 1990, hal. 38.
                [26]Iskandar, Metodologi Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, Hal. 76.
[27]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hal. 231
[28] Iskandar, Metodologi Pendidikan Dan Sosial (Kualitatif Dan Kuantitatif), Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, Hal. 223.
[29]Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda karya, 2004, Hal. 330.
[30]Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda karya,, 2004, Hal. 331.

Makalah Filsafat Pendidikan, Ontologi epistemologi dan asiologi

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas berkat rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya seh...

Kategori

Kategori